Jumat, 27 Februari 2009

"celoteh telah ditawarkan saat azan itu berkumandang dan orang lain menatapnya dengan suara yang sangat biasa saja maka seketika itu juga kita jalankan rencana yang disusun pada malam hari memang bulan ini tak akan mampu bertahan lama,"
Itulah sepenggal bait dari buku Gumam ASA. Buku yang baru saja terbit ktika embun-embun kreatifitas mulai mengering dari tanah sastra banjar. maaf bukannya saya meremehkan kawan-kawan sastrawan yang lain, tapi suka tak suka itulah kenyataannya. bahwa selama ini kebanyakan dari sastrawan hanya berkutat pada sesuatu yang normatif saja, entah tak tahu atau memang tak mau tahu bahwa sebenarnya banyak denah kreatifitas yang belum tergarap secara maksimal oleh ide dan nurani kita. itulah yang mungkin membuat perkembangan sastra indoesia khususnya Kal-Sel jadi melempem, dan mungkin itu pula yang disadari oleh Ali Samsyudin Arsi (ASA) , lalu beliau pun mencoba menawarkan sesuatu yang baru, sesuatu yang segar, meski ketika membaca karyanya itu kepala kita akan mengkerut-kerut. lalu apa saja yang menarik dan yang perlu dicermati dari Gumam ASA?

1 komentar:

SAMPOEK mengatakan...

putra timur ya, awas kamu ya, pusing aku keliling semak ternyata ada di padang batu karang, okey juga tuh salam dari asa